Pages

Labels

Rabu, 30 Oktober 2013

Ritus Inisiasi

RITUS INISIASI
            Arti ritus secara umum adalah upacara suci. Dalam hidup religius seseorang, ritus-ritus inisiasi menandai permulaan kematangan kedewasaannya dalam soal-soal relijius. Inisiasi itu sendiri memberikan kepadanya hak-hak dan kewajiban-kewajiban untuk berpartisipasi secara penuh dalam hidup relijius di masyarakat. Sekarang kita akan mengupas soal ritus inisiasi dan makna-maknanya bagi pribadi religious.
            Van Gennep sendiri menggunakan istilah “ritus-ritus penerimaan” untuk menunjukkan dua tipe ritus.
Pertama, menandai penerimaan seorang individu dari suatu status social yang satu ke yang lain dalam perjalanan hidupnya (digunakan oleh para sejarawan religious), yaitu bahwa ritus-ritus yang berkenaan dengan kelahiran, kedewasaan, perkawinan dan kematian.
Kedua, menandai saat-saat penting yang dikenal dalam kelangsungan waktu seperti tahun baru, bulan baru, titik balik matahari.
Dan juga dibedakan ke dalam tiga tahap, yaitu
1.      Separasi (pemisahan), lebih tampak artinya dalam ritus penguburan
2.      Ritus marginal, yaitu bagian inisiasi, yang dimana para peserta tinggal selama beberapa waktu dalam semak-semak atau tempat terpisah.
3.      Agregasi (pengumpulan) lebih tampak artinya dalam perkawinan
            Inisiasi juga biasanya mengacu pada ritual yang merayakan dan meresmikan penerimaan individu ke dalam kedewasaan atau kematangan religious; atau juga ke dalam kelompok persaudaraan atau jama’ah rahasia; atau ke dalam panggilan atau tugas religious khusus.
Mircea Eliade membedakan ritus penerimaan ke dalam tiga kategori:
1.      Upacara-upacara kolektif yang menyebabkan transisi dari masa kanak-kanak atau masa remaja ke masa dewasa
2.      Upacara-upacara yang menandai masuknya seseorang ke dalam suatu persaudaraan atau jama’ah
3.      Ritus-ritus yang dilakukan pada saat seseorang menerima sesuatu “panggilan mistik” (ada unsur ekstasis).



A.    INISIASI DALAM MASYARAKAT PRIMITIF
            Kita mulai dengan Afrika dengan memperlihatkan upacara inisiasi dari bangsa Masasi dan Newala :
            Pada suatu hari akan disajikan sarapan yang terdiri dari nasi dan ayam jantan. Anak-anak wajib makan meskipun mereka sudah tidak berselera lagi. Setelah sarapan, anak-anak akan berbaris, kemudian masing-masing sponsor akan mengambil anak mereka dan berlari ke hutan di mana sebuah pondok didirikan secara khusus bagi mereka  untuk hidup selama waktu yang mereka butuhkan. Kemudian anak-anak akan disunat oleh orang-orang khusus yang terlatih untuk tugas seperti itu. Kemudian orang tua akan melumuri diri dengan abu yang dipakai hari sebelumnya. Ini berakhir dalam waktu yang singkat. Kemudian pemimpin akan mengingatkan para orang tua untuk hidup dengan baik selagi anak-anak mereka ada di hutan. Mereka tidak boleh bertengkar, melakukan perzinahan, atau melakukan suatu kesalahan karena akan merugikan anak-anak.
            Anak-anak akan sangat lama tinggal di hutan dengan menerima berbagai pelajaran mengenai bagaimana bertingkah laku dengan baik di hadapan orang-orang yang lebih tua saat mereka nanti pulang. Ada banyak siksaan dalam periode itu dan anak-anak harus menahan segalanya. Anak-anak diwajibkan untuk berburu burung-burung atau binatang-binatang, dan setiap burung yang mereka bunuh harus digantung dengan satu sayap pada sebatang pohon yang dinamakan ‘Lupanda’, dan juga anak-anak biasanya membuat pakaian sendiri dari kulit pohon.
            Unsur pokok dalam seluruh proses ritus inisiasi adalah menghantar seorang anak atau remaja ke masa dewasa, menjadi pribadi yang matang sepenuhnya, dan memperkenalkannya pada hidup seksual.
B.     INISIASI HINDU
            Dalam Hinduisme, sakramen yang paling penting untuk anak laki-laki disebut Upanayana, “pengenalan pada pengetahuan”, sebab dengan ini, anak tersebut memperoleh hak untuk mempelajari kitab-kitab suci Hindu. Upacara ini diselenggarakan pada usia delapan atau sepuluh tahun bagi kasta Brahmana, usia sebelas tahun bagi kasta Ksatria, dan usia dua belas tahun bagi kasta Vaisya.
            Setelah didandani dengan pakaian khusus, si anak duduk di belakang api dengan pemimpin upacara menyerahkan sebatang tongkat dan kemudian menobatkan pemuda itu dengan tali rangkap tiga yang dililitkan melalui bahu kiri dan di bawah lengan kanan. Kemudian anak tersebt berjalan mengitari pemimpin itu kea rah kanan. Lalu pemimpin itu mengadakan dialog tentang  permintaan dan penerimaan di bawah perlindungan Dewi Savitri, saksi ilahi. Sambil meletakkan tangannya pada bahu si anak, pemimpin itu memegang tangan kanannya, menyentuh hati dan pusar, member petunjuk dan akhirnya mempercayakannya kepada para dewa. Demikian, si anak memperoleh kelahiran dua kali (dvija). Kelahiran dua kali itu member makna bahwa hanya dengan kelahiran semacam itu, seseorang tidak berbeda dengan orang-orang sebangsanya. Dan dengan inisiasi ini, ia dinaikkan ke status ilahi yang lebih tinggi. Inilah ritus regenerasi yang memberikan eksistensi baru kepadanya dan membuatnya pantas diangkut ke status luhur makhluk ilahi
C.     INISIASI BUDDHA
            Buddha, sebagaimana dilukiskan dalam teks Buddha berbahasa Pali, tidak pernah merahasiakan ajarannya. Ia menyatakan secara terbuka bahwa ia tidak menyembunyikan apapun “dalam genggaman tangannya” hal-hal mengenai kebebasan dan keselamatan. Sebaliknya, Buddha Tantrayana mempertahankan bahwa keselamatan dapat dicapai hanya melalui kontak personal dengan seorang guru dan bahwa pencari keselamatan yang sejati seharusnya diinisiasikan dalam rahasia-rahasia dan misteri-misteri ajaran guru. Kata untuk ritus inisiasi dalam Buddha Tantrayana adalah Abhisheka yang berarti “perecikan” (orang yang menjalaninya direciki air suci, dilaksanakan menurut upacara Hindu kuno, dan denagn pelantikan ini diharapkan menjadi seorang penguasa dunia). Dengan cara yang sama air suci juga dianggap mengubah orang yang diinisiasikan menjadi seorang penguasa dunia rohani, yaitu seorang Buddha.
            Tindakan ritual yang sah menurut Buddha Tantrayana, seharusnya melibatkan ketiga ungkapan keberadaan kita, yaitu tubuh, perkataan dan pikiran. Tubuh bertindak melalui gerak, perkataan melalui mantra-mantra, pikiran melalui meditasi dan kontemplasi. Oleh karena itu, kita mengerti mengapa aliran Tantrayana menekankan pelaksanaan sikap-sikap ritual dan tarian-tarian, penghafalan ucapan-ucapan, dan identifikasi denga dewa-dewa dan memakai semacam meditasi khusus.
D.    INISIASI CINA
            Untuk mengangkat status anak muda ke status dewasa, mereka menggunakan “upacara pengenaan topi”, anak muda tersebut ditudungi tiga kali dengan tiga macam topi. (dilaksanakan pada tempat rahasia, pemotongan rambut; pelepasan baju lama dan pengenaan baju baru yang melambangkan kematian hidup lama dan kelahiran status baru.
Dan setelah hokum dan aturan masyarakat dengan khidmat dibacakan, serta para dewa dan roh leluhur dipanggil, yang menjalani inisiasi mengesahkan sumpahnya untuk patuh dan menjaga rahasia dengan minum campuran darah dan anggur,dan dengan ritual-ritual yang lain. Dengan demikian, ia memperoleh status “saudara-sedarah” dalam masyarakat.
E.     INISIASI DI JEPANG
            Orang-orang yang menjalani inisiasi mengikrarkan kaul-kaul di hadirat semua orang kudus Buddha dan Buddha sendiri, sebagai pemimpin semuanya.
            Menurut Saicho, kaul dan pengakuan harus ditujukan kepada Buddha sendiri, bukan kepada pemimpin-pemimpin manusiawi, yang diartikan kepada jati dirinya sendiri yang paling dalam. Justru dalam membangkitkan kebijaksanaan dan daya dalam dirinya lewat kaul itulah terletak misterinya. Kebaikan dan kebijaksanaan yang paling dalam ini akan menjadi dasar seluruh hidup moral dan spiritual kita melalui kehidupan fana seseorang dengan seluruh kesulitan dan penderitaannya.
            Tujuan inisiasi ini adalah untuk mendapatkan kesadaran dan pencapaian kodrat-uddha yang dasar
            Upacara inisiasi ini mengantarkan orang yang menjalani inisiasi pada status makhluk baru yang disebut misteri “penerimaan entitas hidup moral”. Entitas ini tidak lain adalah ke-Buddha-an yang fundamental dan penyadarannya lewat misteri tersebut dimengerti sebagai transformasi hidup yang juga jasmaniah. Upacara inisiasi, pembaruan “entitas” dan praktik moralitas Boddhisattva merupakan keseluruahan misteri.
F.      INISIASI ORANG ISRAEL
            Dalam agama Israel setiap anak dari ibu Yahudi dipandang dilahirkan dalam perjanjian Israel, meskipun hanya anak laki-laki yang disunat pada hari kedelapan sesudah kelahirannya. Penyunatan tampaknya bukan sebagai inisiasi, tetapi lebih sebagai pemberian “tanda perjanjian”. Kebiasaan ini sedemikian berarti sampai orang-orang Yahudi yang tidak menjalankan agamanya pun mengikuti kebiasaan ini, bukan dengan cara lain.
            Sunat merupakan tanda khas bahwa mereka termasuk orang-orang Yahudi. Sunat, seperti halnya ibdah hari sabat, menjadi suatu tanda perjanjian. Orang-orang Yahudi dalam pembuangan memandang ibadah Sabat maupun Sunat sebagai dua dinding penopang keberadaan mereka. Keduanya disebut tanda-tanda perjanjian dan secara tidak terpisah dihubungkan dengan dasar keberadaan nasional Israel. dan mereka menghubungkan Penyunatan dengan nama Abraham.
G.    INISIASI DALAM ISLAM
            Meskipun tidak pernah disebut dalam al-Qur’an bahwa secara luas penyunatan dipraktekkan dalam masa pra Islam terhadap anak laki-laki maupun perempuan. Sesudah al-Qur’an, penyunatan dipraktekkan secara luas oleh orang-orang menurut tradisi Islam. Waktu pelaksanaannya bervariasi dari usia tujuh sampai tiga belas tahun bagi anak laki-laki. Orang-orang Islam biasanya mengadakan arak-arakan sebelum upacara penyunatan dan anak laki-laki yang akan disunat ditutupi sebagian mukanya (kebuasaan sunat di atas tidak berlaku bagi anak perempuan).
H.    MAKNA INISIASI
            Dengan upacara inisiasi, anak muda dimasukkan ke dalam privelese dan tanggung jawab secara penuh dari komunitasnya, baik secara religious, social, maupun administrative. Ini berarti proses transisi dari lingkungan keluarga ke keanggotaan aktif dalam persekutuan bersama. Di sini kita tidak akan banyak membicarakan soal perubahan-perubahan cultural dan social dalam hidup anak remaja yang dihantar masuk dengan upacara-upacara inisiasi
            Tugas kita yang utama di sini adalah mengemukakan makna-makna religious dari upacara-upacara inisiasi.
1.      Ritus-ritus kematian dan kelahiran kembali merupakan tema pokok dari semua ritus inisiasi dan arti  religiusnya sangat mendalam.
2.      Tema kelahiran kembali menandai masuknya seseorang ke dalam cara keberadaan yang baru, yang suci
3.      Selama masa persiapan dan masa inisiasi, pengetahuan suci dikomunikasikan kepada orang baru tersebut.
4.      Inisiasi akhirnya sejajar dengan kematangan religious yang memerlukan penyingkapan rahasia-rahasia seks dan hidup itu sendiri.





Daftar Pustaka

Allen, M.R, Male Cults and Secret Inititation in Melanisia, Victoria, 1967
Bleeker, J (ed), Initiation, Leiden, 1965
Chatterjee, Heramba, Studies in Some Aspects of Hindu Samskaras in Ancient In Ancient India, Calcuta, 1965
Douglas, Mary, Purity and Danger, London, 1966
Eliade, Mircea, Rites and Symbols of Initiation, New York, 1965
Favre, B, Les Societes Secretes en Chine, Paris, 1933
Legge, J. (pen), Li Chi (The Book of Rites), Sacred Book of The East, XXVIII. (1885), Bab 40.
Loeb, E.M, Tribal Initiation and Secret Society, University of California Publications in American Archaeology and Ethnology 1929, No. 25, 3, hlm. 249-288.
Pandey, Raj Bali, Hindu Samskaras, Delhi, 1969
Stephenson, Margaret,  Rites of The Twice-born, London, 1920.

Zahn, D, Societes d’Initiation Bambara: le Kore, Paris-La Haye, 1960

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About