RITUS INISIASI
Arti ritus secara
umum adalah upacara suci. Dalam hidup religius seseorang, ritus-ritus inisiasi
menandai permulaan kematangan kedewasaannya dalam soal-soal relijius. Inisiasi
itu sendiri memberikan kepadanya hak-hak dan kewajiban-kewajiban untuk
berpartisipasi secara penuh dalam hidup relijius di masyarakat. Sekarang kita
akan mengupas soal ritus inisiasi dan makna-maknanya bagi pribadi religious.
Van Gennep sendiri
menggunakan istilah “ritus-ritus penerimaan” untuk menunjukkan dua tipe ritus.
Pertama, menandai penerimaan seorang individu dari suatu status
social yang satu ke yang lain dalam perjalanan hidupnya (digunakan oleh para
sejarawan religious), yaitu bahwa ritus-ritus yang berkenaan dengan kelahiran,
kedewasaan, perkawinan dan kematian.
Kedua, menandai saat-saat penting yang dikenal dalam kelangsungan
waktu seperti tahun baru, bulan baru, titik balik matahari.
Dan juga dibedakan ke dalam tiga tahap, yaitu
1.
Separasi (pemisahan), lebih tampak artinya dalam ritus penguburan
2.
Ritus marginal, yaitu bagian inisiasi, yang dimana para peserta
tinggal selama beberapa waktu dalam semak-semak atau tempat terpisah.
3.
Agregasi (pengumpulan) lebih tampak artinya dalam perkawinan
Inisiasi juga
biasanya mengacu pada ritual yang merayakan dan meresmikan penerimaan individu
ke dalam kedewasaan atau kematangan religious; atau juga ke dalam kelompok
persaudaraan atau jama’ah rahasia; atau ke dalam panggilan atau tugas religious
khusus.
Mircea Eliade membedakan ritus penerimaan ke dalam tiga kategori:
1.
Upacara-upacara kolektif yang menyebabkan transisi dari masa
kanak-kanak atau masa remaja ke masa dewasa
2.
Upacara-upacara yang menandai masuknya seseorang ke dalam suatu
persaudaraan atau jama’ah
3.
Ritus-ritus yang dilakukan pada saat seseorang menerima sesuatu
“panggilan mistik” (ada unsur ekstasis).
A.
INISIASI DALAM MASYARAKAT PRIMITIF
Kita mulai dengan
Afrika dengan memperlihatkan upacara inisiasi dari bangsa Masasi dan Newala :
Pada suatu hari
akan disajikan sarapan yang terdiri dari nasi dan ayam jantan. Anak-anak wajib
makan meskipun mereka sudah tidak berselera lagi. Setelah sarapan, anak-anak
akan berbaris, kemudian masing-masing sponsor akan mengambil anak mereka dan
berlari ke hutan di mana sebuah pondok didirikan secara khusus bagi mereka untuk hidup selama waktu yang mereka
butuhkan. Kemudian anak-anak akan disunat oleh orang-orang khusus yang terlatih
untuk tugas seperti itu. Kemudian orang tua akan melumuri diri dengan abu yang
dipakai hari sebelumnya. Ini berakhir dalam waktu yang singkat. Kemudian
pemimpin akan mengingatkan para orang tua untuk hidup dengan baik selagi
anak-anak mereka ada di hutan. Mereka tidak boleh bertengkar, melakukan
perzinahan, atau melakukan suatu kesalahan karena akan merugikan anak-anak.
Anak-anak akan
sangat lama tinggal di hutan dengan menerima berbagai pelajaran mengenai
bagaimana bertingkah laku dengan baik di hadapan orang-orang yang lebih tua
saat mereka nanti pulang. Ada banyak siksaan dalam periode itu dan anak-anak
harus menahan segalanya. Anak-anak diwajibkan untuk berburu burung-burung atau
binatang-binatang, dan setiap burung yang mereka bunuh harus digantung dengan
satu sayap pada sebatang pohon yang dinamakan ‘Lupanda’, dan juga anak-anak
biasanya membuat pakaian sendiri dari kulit pohon.
Unsur pokok dalam
seluruh proses ritus inisiasi adalah menghantar seorang anak atau remaja ke
masa dewasa, menjadi pribadi yang matang sepenuhnya, dan memperkenalkannya pada
hidup seksual.
B.
INISIASI HINDU
Dalam Hinduisme,
sakramen yang paling penting untuk anak laki-laki disebut Upanayana,
“pengenalan pada pengetahuan”, sebab dengan ini, anak tersebut memperoleh hak
untuk mempelajari kitab-kitab suci Hindu. Upacara ini diselenggarakan pada usia
delapan atau sepuluh tahun bagi kasta Brahmana, usia sebelas tahun bagi kasta
Ksatria, dan usia dua belas tahun bagi kasta Vaisya.
Setelah didandani
dengan pakaian khusus, si anak duduk di belakang api dengan pemimpin upacara
menyerahkan sebatang tongkat dan kemudian menobatkan pemuda itu dengan tali
rangkap tiga yang dililitkan melalui bahu kiri dan di bawah lengan kanan.
Kemudian anak tersebt berjalan mengitari pemimpin itu kea rah kanan. Lalu
pemimpin itu mengadakan dialog tentang
permintaan dan penerimaan di bawah perlindungan Dewi Savitri, saksi
ilahi. Sambil meletakkan tangannya pada bahu si anak, pemimpin itu memegang
tangan kanannya, menyentuh hati dan pusar, member petunjuk dan akhirnya
mempercayakannya kepada para dewa. Demikian, si anak memperoleh kelahiran dua
kali (dvija). Kelahiran dua kali itu member makna bahwa hanya dengan kelahiran
semacam itu, seseorang tidak berbeda dengan orang-orang sebangsanya. Dan dengan
inisiasi ini, ia dinaikkan ke status ilahi yang lebih tinggi. Inilah ritus regenerasi
yang memberikan eksistensi baru kepadanya dan membuatnya pantas diangkut ke
status luhur makhluk ilahi
C.
INISIASI BUDDHA
Buddha,
sebagaimana dilukiskan dalam teks Buddha berbahasa Pali, tidak pernah
merahasiakan ajarannya. Ia menyatakan secara terbuka bahwa ia tidak
menyembunyikan apapun “dalam genggaman tangannya” hal-hal mengenai kebebasan
dan keselamatan. Sebaliknya, Buddha Tantrayana mempertahankan bahwa keselamatan
dapat dicapai hanya melalui kontak personal dengan seorang guru dan bahwa
pencari keselamatan yang sejati seharusnya diinisiasikan dalam rahasia-rahasia
dan misteri-misteri ajaran guru. Kata untuk ritus inisiasi dalam Buddha
Tantrayana adalah Abhisheka yang berarti “perecikan” (orang yang menjalaninya
direciki air suci, dilaksanakan menurut upacara Hindu kuno, dan denagn
pelantikan ini diharapkan menjadi seorang penguasa dunia). Dengan cara yang
sama air suci juga dianggap mengubah orang yang diinisiasikan menjadi seorang
penguasa dunia rohani, yaitu seorang Buddha.
Tindakan ritual
yang sah menurut Buddha Tantrayana, seharusnya melibatkan ketiga ungkapan
keberadaan kita, yaitu tubuh, perkataan dan pikiran. Tubuh bertindak melalui
gerak, perkataan melalui mantra-mantra, pikiran melalui meditasi dan
kontemplasi. Oleh karena itu, kita mengerti mengapa aliran Tantrayana
menekankan pelaksanaan sikap-sikap ritual dan tarian-tarian, penghafalan
ucapan-ucapan, dan identifikasi denga dewa-dewa dan memakai semacam meditasi
khusus.
D.
INISIASI CINA
Untuk mengangkat
status anak muda ke status dewasa, mereka menggunakan “upacara pengenaan topi”,
anak muda tersebut ditudungi tiga kali dengan tiga macam topi. (dilaksanakan
pada tempat rahasia, pemotongan rambut; pelepasan baju lama dan pengenaan baju
baru yang melambangkan kematian hidup lama dan kelahiran status baru.
Dan setelah hokum dan aturan masyarakat dengan khidmat dibacakan,
serta para dewa dan roh leluhur dipanggil, yang menjalani inisiasi mengesahkan
sumpahnya untuk patuh dan menjaga rahasia dengan minum campuran darah dan
anggur,dan dengan ritual-ritual yang lain. Dengan demikian, ia memperoleh
status “saudara-sedarah” dalam masyarakat.
E.
INISIASI DI JEPANG
Orang-orang yang
menjalani inisiasi mengikrarkan kaul-kaul di hadirat semua orang kudus Buddha
dan Buddha sendiri, sebagai pemimpin semuanya.
Menurut Saicho,
kaul dan pengakuan harus ditujukan kepada Buddha sendiri, bukan kepada
pemimpin-pemimpin manusiawi, yang diartikan kepada jati dirinya sendiri yang
paling dalam. Justru dalam membangkitkan kebijaksanaan dan daya dalam dirinya
lewat kaul itulah terletak misterinya. Kebaikan dan kebijaksanaan yang paling
dalam ini akan menjadi dasar seluruh hidup moral dan spiritual kita melalui
kehidupan fana seseorang dengan seluruh kesulitan dan penderitaannya.
Tujuan inisiasi
ini adalah untuk mendapatkan kesadaran dan pencapaian kodrat-uddha yang dasar
Upacara inisiasi
ini mengantarkan orang yang menjalani inisiasi pada status makhluk baru yang
disebut misteri “penerimaan entitas hidup moral”. Entitas ini tidak lain adalah
ke-Buddha-an yang fundamental dan penyadarannya lewat misteri tersebut
dimengerti sebagai transformasi hidup yang juga jasmaniah. Upacara inisiasi,
pembaruan “entitas” dan praktik moralitas Boddhisattva merupakan keseluruahan
misteri.
F.
INISIASI ORANG ISRAEL
Dalam agama Israel
setiap anak dari ibu Yahudi dipandang dilahirkan dalam perjanjian Israel,
meskipun hanya anak laki-laki yang disunat pada hari kedelapan sesudah
kelahirannya. Penyunatan tampaknya bukan sebagai inisiasi, tetapi lebih sebagai
pemberian “tanda perjanjian”. Kebiasaan ini sedemikian berarti sampai
orang-orang Yahudi yang tidak menjalankan agamanya pun mengikuti kebiasaan ini,
bukan dengan cara lain.
Sunat merupakan
tanda khas bahwa mereka termasuk orang-orang Yahudi. Sunat, seperti halnya
ibdah hari sabat, menjadi suatu tanda perjanjian. Orang-orang Yahudi dalam
pembuangan memandang ibadah Sabat maupun Sunat sebagai dua dinding penopang
keberadaan mereka. Keduanya disebut tanda-tanda perjanjian dan secara tidak
terpisah dihubungkan dengan dasar keberadaan nasional Israel. dan mereka
menghubungkan Penyunatan dengan nama Abraham.
G.
INISIASI DALAM ISLAM
Meskipun tidak
pernah disebut dalam al-Qur’an bahwa secara luas penyunatan dipraktekkan dalam
masa pra Islam terhadap anak laki-laki maupun perempuan. Sesudah al-Qur’an,
penyunatan dipraktekkan secara luas oleh orang-orang menurut tradisi Islam.
Waktu pelaksanaannya bervariasi dari usia tujuh sampai tiga belas tahun bagi
anak laki-laki. Orang-orang Islam biasanya mengadakan arak-arakan sebelum
upacara penyunatan dan anak laki-laki yang akan disunat ditutupi sebagian
mukanya (kebuasaan sunat di atas tidak berlaku bagi anak perempuan).
H.
MAKNA INISIASI
Dengan upacara
inisiasi, anak muda dimasukkan ke dalam privelese dan tanggung jawab secara
penuh dari komunitasnya, baik secara religious, social, maupun administrative.
Ini berarti proses transisi dari lingkungan keluarga ke keanggotaan aktif dalam
persekutuan bersama. Di sini kita tidak akan banyak membicarakan soal
perubahan-perubahan cultural dan social dalam hidup anak remaja yang dihantar
masuk dengan upacara-upacara inisiasi
Tugas kita yang
utama di sini adalah mengemukakan makna-makna religious dari upacara-upacara
inisiasi.
1.
Ritus-ritus kematian dan kelahiran kembali merupakan tema pokok
dari semua ritus inisiasi dan arti
religiusnya sangat mendalam.
2.
Tema kelahiran kembali menandai masuknya seseorang ke dalam cara
keberadaan yang baru, yang suci
3.
Selama masa persiapan dan masa inisiasi, pengetahuan suci
dikomunikasikan kepada orang baru tersebut.
4.
Inisiasi akhirnya sejajar dengan kematangan religious yang
memerlukan penyingkapan rahasia-rahasia seks dan hidup itu sendiri.
Daftar Pustaka
Allen, M.R, Male Cults and
Secret Inititation in Melanisia, Victoria, 1967
Bleeker, J (ed), Initiation, Leiden,
1965
Chatterjee, Heramba, Studies
in Some Aspects of Hindu Samskaras in Ancient In Ancient India,
Calcuta, 1965
Douglas, Mary, Purity and
Danger, London, 1966
Eliade, Mircea, Rites and
Symbols of Initiation, New York, 1965
Favre, B, Les Societes
Secretes en Chine, Paris, 1933
Legge, J. (pen), Li Chi (The Book of
Rites), Sacred Book of The East, XXVIII. (1885), Bab 40.
Loeb, E.M, Tribal Initiation
and Secret Society, University of California Publications in American
Archaeology and Ethnology 1929, No. 25, 3, hlm. 249-288.
Pandey, Raj Bali, Hindu
Samskaras, Delhi, 1969
Stephenson, Margaret, Rites of The Twice-born,
London, 1920.
Zahn, D, Societes d’Initiation
Bambara: le Kore, Paris-La Haye, 1960
0 komentar:
Posting Komentar