Aliran Kebatinan yang Bernama Nushairiyah
Agar
kita terhindar dari bahaya pemikiran dan propaganda dari aliran-aliran sesat,
maka kita ketahui terlebih dahulu ajaran-ajaran itu melalui sumber-sumber
mereka sendiri. Dengan demikian, kita akan mengenali mereka. Berikut ini akan
dijelaskan secara singkat mengenai aliran Nushairiyah, mulai dari awal
kelahirannya, para tokohnya, pemikiran-pemikirannya, ajaran-ajarannya, tempat
penyebarannya dan lain-lain.
1. Masa
Kelahiran Nushairiyah
Golongan
ini muncul di abad ketiga Hijriyah. Para ‘perintisnya’ terrnasuk pemeluk aliran
Syiah yang ekstrim yang mengklaim bersemayamnya unsur tuhan
dalam diri ‘Ali. Mereka mengkultuskannya. Tujuan utama mereka adalah
melemahkan dan menghancurkan Islam. Dalam setiap peperangan, musuh
Islam selalu menjadi kawan baik mereka.
2. Tokoh-tokoh Nushairiyah
2. Tokoh-tokoh Nushairiyah
Pendiri firqah ini adalah orang yang
dikenal sebagai Abu Syu’aib Muhammad bin Nushair Al Bashri An Namiri yang
meninggal tahun 270 H. Orang ini sempat berjumpa dengan tiga orang imam ala
Syi’ah, yaitu ‘Ali bin Al Hadi, Al Hasan Al ‘Askari dan Muhammad Al Mahdi
(tokoh yang fiktif).
Tokoh pendiri ini, mengklaim dirinya sebagai pintu menuju Imam Al Hasan Al ‘Askari, dan mewarisi ilmunya serta berkapasitas sebagai sumber referensi sepeninggalnya. Menurutnya, status ini tetap permanen sepeninggal Irnam Al Mahdi. Kesesatannya tidak berhenti sebatas ini saja, bahkan ia mengklaim menggenggam nubuwwah dan risalah (menjadi nabi dan rasul Allah).
Tokoh pendiri ini, mengklaim dirinya sebagai pintu menuju Imam Al Hasan Al ‘Askari, dan mewarisi ilmunya serta berkapasitas sebagai sumber referensi sepeninggalnya. Menurutnya, status ini tetap permanen sepeninggal Irnam Al Mahdi. Kesesatannya tidak berhenti sebatas ini saja, bahkan ia mengklaim menggenggam nubuwwah dan risalah (menjadi nabi dan rasul Allah).
3. Beberapa
Pokok Pemikiran Nushairiyah
1. Nushairiyah mendudukkan
Sahabat ‘Ali sebagai ilah (tuhan). Golongan ini meyakini bahwa ‘Ali bersemayam
di awan setelah bebas dari kungkungan jasad kasarnya.
Ketika awan berjalan, mereka akan mengatakan "Assalamu ‘alaikum ya Abal
Hasan", artinya: semoga keselamatan senantiasa
tercurahkan kepadamu, wahai Abal Hasan (’Ali).
2. Kecintaan mereka kepada ‘Abdur Rahman bin
Muljam (pembunuh ‘Ali) sangat besar, bahkan mereka mendo’akan sang pembunuh Khalifah tersebut.
Alasan mereka,
karena ia telah membebaskan ‘Ali dari jasad kasarnya. Dan orang
yang melaknat sang pembunuh akan menghadapi cercaan dan kritikan.
3. Para penganut aliran ini
meyakini bahwa ‘Ali-lah yang menciptakan Muhammad, dan
Muhammad yang menciptakan Salman Al Farisi. Salman Al Farisi, dialah yang
menciptakan aitam khamsah (lima anak yatim). Mereka
itu adalah Al Miqdad bin Al Aswad, Abu Dzar Al Ghifari, ‘Abdullah bin
Rawahah, ‘Utsman bin Mazh’un dan Qunbur bin Kadan. Masing-masing
(aitam khamsah -red. vbaitullah) mempunyai tugas. Al Miqdad
bin Al Aswad memegang kendali halilintar. Abu Dzar Al Ghifari, tanggung jawabnya
mengontrol perputaran planet dan bintang. Sedangkan ‘Abdullah
bin Rawahah diserahi mengurusi perjalanan angin dan mencabut nyawa.
Adapun ‘Utsman bin Mazh’un, tugasnya mengontrol lambung, panas tubuh
dan penyakit manusia. Terakhir, Qunbur bin Kadan diberi mandat untuk
meniupkan ruh ke dalam jasad.
4. Orang-orang Nushairiyyah
sangat mengagumi khamr (minuman keras). Mereka biasa
menenggaknya. Karena itu, mereka sangat mendewakan pohon anggur dan
mencela orang yang mencabut atau memotongnya dengan makian yang buruk.
Mereka menamakan khamr sebagai nur (cahaya).
5. Pada hari Kamis, mereka mengerjakan shalat
lima waktu dengan hitungan raka’at yang sangat banyak, tanpa sujud.
6. Para pengikut firqah ini tidak melaksanakan
shalat Jum’at. Mereka tidak pernah melakukan thaharah (bersuci), baik dengan wudhu atau mandi
janabah sebelum shalat.
7. Mereka tidak mempunyai masjid umum. Shalat
dikerjakan di dalam rumah.
8. Tidak rnengakui ibadah haji.
9. Tidak mengakui keberadaan zakat.
10. Keyakinan mereka bahwa syari’at mempunyai dua
makna, lahir dan batin.
11. Mereka merayakan hari Dalam yang jatuh pada
tanggal 9 Rabi’ul Awwal untuk memperingati kematian Umar bin Khaththab.
12. Nama-nama hari raya yang mereka rayakan: hari Nairuz,
hari Ghadir, hari Mubahalah, hari raya Idul Adha dan hari-hari
raya yang dirayakan orang Nashara.
4. Referensi
Pemikiran Nushairiyah
Pernikiran Nushairiyyah bertumpu
pada ideologi paganisme kuno. Karena itu, mereka
begitu mengagungkan bintang, planet dan menjadikannya sebagai
tempat tinggal Imam ‘Ali. Selain itu, filsafat agama Majusi juga
menjadi dasar pembangunan aqidah Nushairiyyah. Begitu pula keyakinan dalam
agama Nashara, mereka adopsi untuk melengkapi kesesatan aqidah Nushairiyyah
yang sudah bobrok. Di antaranya, doktrin trinitas, pengkultusan individu
dan penghalalan khamr.
Sedangkan aqidah-aqidah yang lain, juga bersumberkan keyakinan dan kebudayaan bangsa yang notabene tidak beriman kepada Allah, seperti negeri-negeri India dan Asia Timur.
Sedangkan aqidah-aqidah yang lain, juga bersumberkan keyakinan dan kebudayaan bangsa yang notabene tidak beriman kepada Allah, seperti negeri-negeri India dan Asia Timur.
5. Tafsiran Batin Ala Nushairiyah Terhadap Berbagai Ibadah
1. Jinabah, diartikan loyal dengan para musuh dan kebodohan
terhadap ilmu
batin.
2. Thaharah,
mereka mengartikannya melawan musuh agama dan menguasai tafsir
batini.
3. Puasa,
menurut mereka ialah rnenjaga rahasia yang berkaitan dengan
tiga puluh lelaki dan tiga puluh perempuan.
4. Zakat,
mereka tafsirkan inisial untuk Salman.
5. Jihad,
mereka maksudkan dengan melemparkan gempuran laknat kepada
para musuh dan penyebar rahasia.
6. Wilayah,
diartikan bersikap ikhlas kepada keluarga Nushairiyah dan
membenci para seterunya.
7. Al Qur’an,
mereka sebut dengan studi pengantar untuk bersikap ikhlas
kepada Ali.
8. Shalat,
dianggapnya sebagai sebuah rumus untuk lima nama, meliputi: ‘Ali,
Hasan, Husain, Muhsin dan Fatimah.
6. Tempat
Penyebaran Fiqrah Nushairiyah
Mayoritas penganut Nushairiyyah
menempati lokasi di daerah pegunungan di Ladziqiyah.
Akhir-akhir ini, mereka lebih meluas ke daerah kota-kota di
Syiria yang berdekatan dengan kampung asli mereka. Selain
itu, Turki dan Albania juga menjadi tempat hidup berkembangnya pemikiran
ini. Nushairiyyin juga menempati Persia (Iran), Turkistan dan
Libanon.
7. Hukum Aqidah Nushairiyah
7. Hukum Aqidah Nushairiyah
Ulama Islam sepakat menyatakan, tidak boleh mengikat tali
pernikahan dengan orang-orang Nushairiyyah. Demikian juga, sembelihan mereka tidak
boleh dikonsumsi, tidak boleh menyolati jenazah mereka, sekaligus melarang
mengubur jenazah mereka di pemakaman umat Islam. Begitu pula, tidak
diperbolehkan menggunakan mereka untuk berjaga di garis perbatasan.
Dalam hal ini, Ibnu Taimiyah berkata:
"Mereka, yang populer disebut Nushairiyyah dan seluruh golongan Qaramithah lebih kafir daripada Yahudi dan Nashara, bahkan lebih kafir dari kebanyakan orang-orang musyrik. Bahaya mereka lebih berat daripada bahaya orang-orang kafir yang memerangi urnat Islam, seperti pasukan Tatar, orang Barat dan lain-lain …
Dalam hal ini, Ibnu Taimiyah berkata:
"Mereka, yang populer disebut Nushairiyyah dan seluruh golongan Qaramithah lebih kafir daripada Yahudi dan Nashara, bahkan lebih kafir dari kebanyakan orang-orang musyrik. Bahaya mereka lebih berat daripada bahaya orang-orang kafir yang memerangi urnat Islam, seperti pasukan Tatar, orang Barat dan lain-lain …
Mereka selalu mendukung musuh kaum muslimin. Mereka membantu kaum Nashara
untuk menggebuk umat Islam. Kemenangan umat Islam atas orang-orang Tatar
malah menjadi musibah terbesar mereka. Kemudian, pasukan Tartar tidaklah
mampu menerobos negeri-negeri Islam dan membunuh khalifah dan
raja-raja lainnya, kecuali dengan bantuan dan dukungan mereka!".
8. Kesimpulan
Dari keterangan di atas telah jelas, bahwa Nushairiyyah termasuk
golongan batiniyah
ekstrim yang menuhankan ‘Ali bin Abi Thalib. Hakikat Islam tidak
melekat pada diri rnereka. Dengan demikian, kita tidak boleh melakukan
interaksi dengan mereka dengan cara Islam, lantaran pemikiran sesatnya
(baca: kufur) yang sangat jelas lagi kentara. Zakat, haji dan
shalat Jumat serta thaharah tidak terdapat dalam kamus mereka. Na’uzdubillah….
0 komentar:
Posting Komentar