Pages

Labels

Senin, 24 Desember 2012

filsafat


FILSAFAT, KAWAN ATAU LAWAN ?
Menurut kebanyakan orang, filsafat adalah bidang kajian yang sulit, filsafat adalah wilayah pemikiran yang dapat mempengaruhi tingkat keberimanan seseorang. Karena itu, dapatlah dimengerti jika pada anggapan terkhir ini filsafat diletakkan sebagai wilayah yang haram untuk disentuh dan dipelajari[1].
Dari sini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa ilmu filsafat telah dijadikan musuh[2] oleh orang yang belum mengetahui tentang hakikat filsafat.
Untuk mengetahui kebenaran dari hal ini, dengan berusaha seobyektif mungkin dan menjauhkan diri dari sikap yang subyektif, kita harus kembali mengkaji arti ilmu filsafat yang sesungguhnya.
Arti filsafat
Studi filsafat pada dasarnya adalah sebuah studi tentang aktivitas pikir manusia, bahkan filsafat adalah aktifitas fikir itu sendiri[3]. dan kalau kita lihat pertanyaan di atas yang secara tidak langsung telah menganggap filsafat sebagai “dunia baru”. Tetapi perlu diingat bahwa filsafat bukanlah dunia lain. Disebut demikian, karena filsafat sebenarnya sudah sangat dekat dengan kita, bahkan setiap saat kita terlibat dalam tindakan berfilsafat itu sendiri, hanya saja selama ini keberadaannya belum kita sadari. Maka filsafat adalah ilmu yang membicarakan tentang suatu obyek yang tidak jauh dari kita, bahkan kita sendiri[4].
Pola pikir kefilsafatan adalah pola pikir yang teratur, sistematis dan konsisten. Pola pikir yang teratur jelas akan tampil dalam sikap dan prilaku yang teratur pula, tidak amburadul, apalagi “yang penting beda”. Jelas prilaku yang terakhir ini bukanlah prilaku yang didasari oleh pemahaman filsafat[5].
Istilah "filsafat" dapat ditinjau dari dua segi, yakni:
a. Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab 'falsafah', yang berasal dari bahasa Yunani, 'philosophia', yang berarti 'philos' = cinta, suka (loving), dan 'sophia' = pengetahuan, hikmah(wisdom). Jadi 'philosophia' berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut 'philosopher', dalam bahasa Arabnya 'failasuf". Pecinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau perkataan lain, mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.
b. Segi praktis : dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat bererti 'alam pikiran' atau 'alam berpikir'. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir bererti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa "setiap manusia adalah filsuf". Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
Kerana luasnya lingkungan pembahasan ilmu filsafat, maka tidak mustahil kalau banyak di antara para filsafat memberikan definisinya secara berbeda-beda. Coba perhatikan definisi-definisi ilmu filsafat dari filsuf Barat dan Timur di bawah ini:
a. Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
b. Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmua pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).
c. Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang mahaagung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
d. Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
e. Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat, mengatakan : Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu: " apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika) " apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika) " sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi)
f. Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan: Filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.
g. Drs H. Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu
Setelah mempelajari rumusan-rumusan tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa:
a. Filsafat adalah 'ilmu istimewa' yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa kerana masalah-masalah tersebut di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
b. Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami atau mendalami secara radikal dan integral serta sistematis hakikat sarwa yang ada, yaitu:
" hakikat Tuhan,
" hakikat alam semesta, dan
" hakikat manusia, serta sikap manusia sebagai konsekuensi dari paham tersebut. Perlu ditambah bahwa definisi-definisi itu sebenarnya tidak bertentangan, hanya cara mengesahkannya saja yang berbeda.
Cara membatasi filsafat
Karena sangat luasnya lapangan ilmu filsafat, maka menjadi sukar pula orang mempelajarinya, dari mana hendak dimulai dan bagaimana cara membahasnya agar orang yang mempelajarinya segera dapat mengetahuinya.
Pada zaman modern ini pada umunya orang telah sepakat untuk mempelajari ilmu filsafat itu dengan dua cara, yaitu dengan mempelajari sejarah perkembangan sejak dahulu kala hingga sekarang (metode historis), dan dengan cara mempelajari isi atau lapangan pembahasannya yang diatur dalam bidang-bidang tertentu (metode sistematis).
Dalam metode historis orang mempelajari perkembangan aliran-aliran filsafat sejak dahulu kala sehingga sekarang. Di sini dikemukakan riwayat hidup tokoh-tokoh filsafat di segala masa, bagaimana timbulnya aliran filsafatnya tentang logika, tentang metafisika, tentang etika, dan tentang keagamaan. Seperti juga pembicaraan tentang zaman purba dilakukan secara berurutan (kronologis) menurut waktu masing masing.
Dalam metode sistematis orang membahas langsung isi persoalan ilmu filsafat itu dengan tidak mementingkan urutan zaman perjuangannya masing-masing. Orang membagi persoalan ilmu filsafat itu dalam bidang-bidang yang tertentu. Misalnya, dalam bidang logika dipersoalkan mana yang benar dan mana yang salah menurut pertimbangan akal, bagaimana cara berpikir yang benar dan mana yang salah. Kemudian dalam bidang etika dipersoalkan tentang manakah yang baik dan manakah yang baik dan manakah yang buruk dalam pembuatan manusia. Di sini tidak dibicarakan persoalan-persoalan logika atau metafisika. Dalam metode sistematis ini para filsuf kita konfrontasikan satu sama lain dalam bidang-bidang tertentu. Misalnya dalam soal etika kita konfrontasikan saja pendapat pendapat filsuf zaman klasik (Plato dan Aristoteles) dengan pendapat filsuf zaman pertengahan (Al-Farabi atau Thimas Aquinas), dan pendapat filsuf zaman 'aufklarung' (Kant dan lain-lain) dengan pendapat-pendapat filsuf dewasa ini (Jaspers dan Marcel) dengan tidak usah mempersoalkan tertib periodasi masing-masing. Begitu juga dalam soal-soal logika, metafisika, dan lain-lain.
Antara filsafat dan agama harus seimbang
Ciri radikal dan kritis yang ditahbiskan pada filsafat memang sepintas dapat berimplikasi negatif, apalagi jika dikaitkan dengan keimanan. Karakter dasar filsafat yang tidak mau melihat segala sesuatu sebagai hal yang biasa-biasa saja, menyebabkan ia memiliki hak untuk mempertanyakan dan menggugat keimanan kita. Sebab, jangan-jangan keimanan yang kita kukuhi ini adalah sejenis “tong kosong” yang tidak memiiki gema dan pengaruh apa-apa. Bahkan keimanan yang tenang dan tidak dipersoalkan dikhawatirkan dapat mengantarkan kita pada penegasan diri yang membabi buta dan sikap yang tidak realistis terhadap pluralitasnya kenyataan yang terhampar di depan kita.
Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari filsafat, sebab sebagaimana menurut al-Farabi, agama dan filsafat adalah dua mata rantai kehidupan manusia yang keberadaannya saling mengokohkan. Agama adalah keyakinan, sedangkan filsafat adalah pemikiran. Dilihat dari sisi ini, pentingnya filsafat adalah ia dapat menguatkan keimanan yang sudah tertanam karena melengkapinya dengan dalil-dalil rasional, dan bukan malah membuat sesat orang yang mempelajarinya.[6]
kesimpulan
Orang yang mempelajari filsafat akan menemukan kebenaran-kebenaran yang tersembunyi, akan muncul jika kita mempelajari filsafat dengan baik dan benar, tidak dengan “setengah-setengah”. Dan lebih utama adalah kebenaran yang ada pada agama islam. Jadi alasan untuk menjadi orang yang sesat tidak akan kita dapatkan apabila kita mempelajarinya dengan sungguh-sungguh dan tidak “setengah-setengah”. Dengan itu, maka “kuat imanlah” yang akan tumbuh dari diri kita, dan bukan sebaliknya[7].
Maka, dengan penjelasan-penjelasan di atas, tidak ada alasan untuk mereka, yang mengatakan bahwa filsafat adalah bidang studi yang bisa membuat iman kita lemah, atau sampai sesat, filsafat adalah bidang studi yang tidak boleh dipelajari, (filsafat adalah musuh). Karena filsafat akan membuat iman kita semakin kuat dengan memadukannya dengan dasar ilmu agama yang kokoh (bukan sebaliknya), filsafat adalah kegiatan sehari-hari kita, filsafat sangat dekat dengan kita, pada waktu kita berfikir maka kita telah berfilsafat, filsafat bukan dunia yang baru kita kenal, tapi filsafat adalah teman kita dalam menjalani kehidupan ini.


[1] Lihat kata pengantar dari buku filsafat untuk umum, oleh Bambang Q-Anees dan Radea Juli A. Hambali, thn 2003.
[2] Ilmu yang tidak boleh didekati, dan apa lagi dipelajari
[3]Muslih, Mohammad, Pengantar Ilmu Filsafat, ( Ponorogo:Darussalam University Press, 2008 ), hal 1
[4] Muslih, Mohammad, Pengantar Ilmu Filsafat, ( Ponorogo:Darussalam University Press, 2008 ), hal 2
[5] Muslih, Mohammad, Pengantar Ilmu Filsafat, ( Ponorogo:Darussalam University Press, 2008 ), hal 3
[6] Lihat kata pengantar dari buku filsafat untuk umum, oleh Bambang Q-Anees dan Radea Juli A. Hambali, thn 2003.
[7] Saya kutip dari  dosen filsafat ISID SIMAN, yaitu Ust. Mohammad Muslih, M.Ag


0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About